Si 'Ncah' jadi murid SD




"Bunda, mulai sekarang panggil Ncah 'Aisha' atau 'Kania' aja ya... Ncah udah jadi anak SD kan udah besar....," itu di antara kata-kata ekspresinya menikmati masa-masa awal di sekolah dasar.

Nama lengkapnya Aisha Ghaza Kania Aaralyn. Dia adalah anak kedua saya yang lahir di bulan Februari 2013. Di mata saya, dia adalah pribadi yang cukup 'complicated' karena punya sisi 'liar' dengan sisi lain masih polos dan cukup 'baper'. Dia sebetulnya tipikal anak yang kurang merasa nyaman pada keteraturan atau penyeragaman. Hobinya aja setiap hari main di lapangan atau kebun tetangga. Membuatnya mau main di dalam rumah secara 'baik-baik' aja susahnya minta ampun. Tapi fase hidup membawanya merasakan pendidikan formal.

Setelah satu tahun saya leskan dia di pusat bimbingan membaca dan menulis, yang setiap sesi belajarnya cuma satu jam dan seminggu tiga kali, ia pun saya daftarkan ke sebuah SD negeri. Sekolahnya gak jauh, cuma sekitar 300 meter dari rumah kami. Ternyata, Aisha pun girang banget saat tau dirinya akan jadi siswi SD. Ternyata motivasinya ya cuma mau merasakan sekolah di SD dan ketemu teman-teman les bacanya yang juga masuk ke SD! Wow, motivasi yang... ringan! Hehehe...

Di lain sisi, Aisha juga merasa pada tahapan dia menjadi siswi SD dia mendapat pengakuan kalau dia udah besar, bisa mandiri, bisa dipercaya memutuskan apa yang  terbaik buat dirinya. Ini terbukti saat dia minta agar saya gak menunggu atau menjemputnya di waktu pulang sekolah. Ia malah maunya bisa berangkat dan pulang sekolah sendirian. Padahal, sekolah terletak di seberang jalan yang ramai dari posisi rumah kami. Buat saya ini pikiran yang cukup matang untuk anak usia 6 tahun lima bulan di masa seperti ini.

Saya gak mau kehilangan momen pertamanya memakai seragam ini. Seperti di masa abangnya masuk sekolah SD dua tahun lalu, momen Aisha mulai belajar di SD pun saya dokumentasikan dengan baik. Kemarin adalah hari pertamanya menginjakkan kakinya ke pendidikan formal. Semoga awal ini mengantarnya jadi manusia yang bijak dalam bersosialisasi, matang dalam bersikap dan rendah hati selalu.

Saya bukan penggila ranking, gelar, penghargaan atau nilai dan pujian. Semua cuma embel-embel yang bagi saya membuai orang menjadi pribadi yang arogan, merasa paling pintar.

Saya mau dia jadi manusia yang punya semangat hidup dan tak putus berusaha. Kreatif! Itu kuncinya menikmati hidup di era teknologi maju saat ini.

Saya jadi ingin berpesan untuk anak saya:
Aisha! Semangat, nak! Belajarlah dengan gembira, segembira kamu berburu rambutan bersama teman-temanmu di pohon tetangga. Bertemanlah yang baik, sebaik saat kalian makan bersama dan saling berbagi saat punya kelebihan kepada yang kekurangan. Sehat dan tangguhlah, setangguh saat kau bermain hujan-hujanan dengan teman-teman tapi masih tetap sehat tanpa merasa kedinginan. Masa ini milikmu, nak...! Bahagialah...!

Selamat memulai tahun ajaran baru ya buat para siswa dan orang tua yang punya anak usia sekolah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi "Masawang-sawangan" dan "Matombol-tombolan" Keluarga Kawanua dan Khidmat Paskah dalam Masa Pandemi Covid-19

Ketika Sambal Roa dan Pecel Madiun Bertemu dalam Jamuan Sosial dan Kekinian

Pidato Jokowi dan Kiprah Indonesia di PBB