Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Pesan untuk anakku kelak...

Anakku sayang… Buah hati yang kelak Allah hadirkan untukku… Dengarlah pesan ini untukmu… Jika nanti Allah izinkan kau lahir dan mengecap kehidupan…, jadilah anak yang kuat Kuat raga juga kuat jiwamu… Anakku, kelak hidup tak kan mudah kau jalani Akan ada jalan berliku, bebatuan menghalangi, angin kencang bahkan duri yang kapanpun siap menusukmu Tumbuhlah kamu terus… Buatlah sekehendak hatimu.. Tapi ingat, jika orang lain menegurmu dan mengatakan kau keliru Terimalah itu.. Sakit hati itu manusiawi…karena itulah pendewasaan bagimu Lalui itu tanpa sedikitpun menyerah untuk selalu jadi manusia yang lebih baik Kelak hati dan pikiranmu menemukan mana yang benar Anakku, mungkin banyak kesalahan bundamu di masa lalu Yang kau tau itu Tapi sungguh anakku, itu bukan untuk kau tiru.. Jadilah lebih baik… Dan jadilah yang terbaik untuk bunda.. Jika kelak engkau dewasa…dan harus menjalani hidup dengan pendampingmu Ingatlah selalu apa kewajiban d

Merdeka dunia akhirat

"Indonesiaku, sungguh harum namamu...", sepenggal bait pertama dari sebuah puisi yang dibuat papaku saat aku berusia 6 tahun atau masih di bangku kelas 1 SD. Cuma kalimat itu yang masih jelas di ingatanku. 24 tahun berlalu rasanya tak mungkin bagiku mengingat seluruh bait puisi tersebut apalagi aku tidak pernah menyimpan dokumentasinya. Yang jelas, saat itu papa membuatkan puisi tersebut menjelang HUT RI untuk kubaca saat perlombaan baca puisi dalam memperingati pesta kemerdekaan RI tersebut. Semangat papa mendorongku ikut serta, meskipun saat itu aku peserta termuda karena rata-rata peserta lainnya berusia 10-13 tahun. Meski aku tak percaya diri saat itu, bahkan menyerah, papa terus melatihku. Hingga datang saatnya perlombaan. Rasa takjub pun datang ketika juri menyatakan aku sebagai juara pertama di lomba yang diikuti sekitar 25 peserta tersebut. Seketika papa memelukku dengan bahagianya. Mungkin itu hanya sebuah event kecil, yang diadakan hanya sebatas lingkup

Belajar dari Si Penari Kecil...

Gambar
Langkah-langkah kecil itu hadir di tengah-tengah kami. Dengan lilin di genggamannya, mereka menari dan berformasi seiring hentakan musik tradisional India. Keindahan nan eksotis pun merebak. Sekilas tak ada yang aneh dari delapan penari cilik itu. Aku tak menyangka bahwa tak ada satu pun dari mereka yang bisa melihat. Mereka adalah anak-anak penyandang tuna netra yang dibina oleh Ramana Maharishi Academy for The Blind yang diundang untuk menari dalam perhelatan konferensi AMARC Regional Asia Pasifik II di Bangalore, India. Rasa kagum dan haru pun membuncah. Menjadi buta bukan penghalang bagi mereka untuk berkarya. Naluri yang kuat telah menyempurnakan panca indera yang ada. Walau tak bisa melihat segala keindahan di dunia, mereka tetap bisa menciptakan keindahan bagi yang memandangnya. Sungguh Tuhan maha adil. Ia berikan kelemahan pada setiap orang untuk diberi kelebihan di sisi lainnya, begitu pun sebaliknya. Dia berikan kesempatan mahluknya untuk saling memberi dan melengkapi. Lilin

A value of life from the little dancers...

Gambar
They came into the middle of us. Holding the candles, they were dancing and lining up according to their traditional music. In an instant, the exotic beauty was spread. Glance there was nothing odd about these eight little dancers. I was unbelievable that none of them could see. They were the blind children that educated by Ramana Maharishi Academy for The Blind that was invited to the opening of Asia Pacific AMARC 2nd Regional Conference in Bangalore, India. Soon i felt the sense of amazed and compassion. Being blind is not a barrier for them to create something. Strong instict has perfected their existing senses. Although cannot see the beauty of the world, they still can create the beauty for those who view. God is truly all-fair. God gives a weakness in someone and gives the strength to the other side. God gives us a chance to give and complement each other. The candles that they brought has not only given lights on all corners of the room, but also lit our souls and brought our he