Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Belajar dari si Mbah...

Matahari belum juga muncul, sayup terdengar di kanan kiri rumahku ada ibu-ibu yang sudah mulai menyapu halaman. Hari masih setengah gelap dan sesosok manusia sudah memanggul bakul berisi bungkusan-bungkusan mie goreng dan pecel sayuran yang siap untuk dijual. Berpakaian sederhana yang setengah lusuh, mengenakan kain lilit setinggi betis dia berjalan tanpa alas kaki. Hari-hari aku memanggilnya si Mbah. Ya.. aku tak tahu persisnya namanya. Ada yang memanggilnya mbah Minah, mbah Nah, Mboke yuk Widi dan sebagainya.. Ya pokoknya si Mbah lah..!  Dia tinggal di seberang rumahku. Baru setahun aku tinggal di lingkungan ini dan si Mbah adalah orang yang konsisten pekerja keras dari awal kukenal. Dia tinggal di dua rumah sangat sederhana yang berdampingan yang berisi anak-anak dan cucu-cucunya. Dia menjajakan mie dan pecel dengan berjalan kaki. Entah sampai mana ia sanggup berjalan. Yang jelas, di siang hari biasanya ia sudah kembali ke rumah, menukar bakul gendongnya dengan arit

Hanya Bisa Bicara...

Aku hanya bisa berbicara... rangkaian yang kurekam dan menulisnya Itu saja senjata kupunya untuk melawan sesak yang kau buat Aku bukan mereka yang pintar berbuat menciptakan permainan teatrikal, dan bergeliat menjadikan sesuatu dari ketiadaan Aku paham ruangku tersekat Aku sadar jiwaku tlah penat tak bisa berbuat meski hati melihat karna... Aku hanya bisa berbicara rangkaian peristiwa yang kurekam dan menulisnya