Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Belajar dari si Mbah...

Matahari belum juga muncul, sayup terdengar di kanan kiri rumahku ada ibu-ibu yang sudah mulai menyapu halaman. Hari masih setengah gelap dan sesosok manusia sudah memanggul bakul berisi bungkusan-bungkusan mie goreng dan pecel sayuran yang siap untuk dijual. Berpakaian sederhana yang setengah lusuh, mengenakan kain lilit setinggi betis dia berjalan tanpa alas kaki. Hari-hari aku memanggilnya si Mbah. Ya.. aku tak tahu persisnya namanya. Ada yang memanggilnya mbah Minah, mbah Nah, Mboke yuk Widi dan sebagainya.. Ya pokoknya si Mbah lah..!  Dia tinggal di seberang rumahku. Baru setahun aku tinggal di lingkungan ini dan si Mbah adalah orang yang konsisten pekerja keras dari awal kukenal. Dia tinggal di dua rumah sangat sederhana yang berdampingan yang berisi anak-anak dan cucu-cucunya. Dia menjajakan mie dan pecel dengan berjalan kaki. Entah sampai mana ia sanggup berjalan. Yang jelas, di siang hari biasanya ia sudah kembali ke rumah, menukar bakul gendongnya dengan arit

Hanya Bisa Bicara...

Aku hanya bisa berbicara... rangkaian yang kurekam dan menulisnya Itu saja senjata kupunya untuk melawan sesak yang kau buat Aku bukan mereka yang pintar berbuat menciptakan permainan teatrikal, dan bergeliat menjadikan sesuatu dari ketiadaan Aku paham ruangku tersekat Aku sadar jiwaku tlah penat tak bisa berbuat meski hati melihat karna... Aku hanya bisa berbicara rangkaian peristiwa yang kurekam dan menulisnya

Membangun Asa di Pulau Tercinta

Sekitar 13 km dari kota Manado, tepatnya di wilayah taman laut nasional Bunaken, Sulawesi Utara, bersemayam sebuah pulau yang subur berpagarkan hutan mangrovenya. Pulau ini memang terletak di wilayah pariwisata kesohor di negeri ini dan ditetapkan menjadi lokasi wisata karena taman dasar lautnya. Betapa tidak, ekosistem terumbu karang pulau Mantehage merupakan salah satu potensi laut istimewa yang dimiliki pulau ini. Tetapi, kondisi demikian tidak menjamin pulau yang dihuni lebih dari 2.000 jiwa yang terbagi di 4 desa ini memiliki infrastruktur yang berkecukupan. Listrik yang merupakan satu kebutuhan mendasar untuk kehidupan warga pun tidak bisa dinikmati 24 jam. Warga di pulau ini harus puas dengan menikmati penggunaan listrik selama 7 jam perharinya.  Keterbatasan pasokan listrik membuat warga haus akan hiburan dan menghabiskan waktu malam untuk menghibur diri dengan musik-musik yang diputar pada perangkat pengeras suara. Di tengah keterbatasan yang ada, warga mendirikan seb