HP... kebutuhan atau gaya hidup???

Irresistible...! satu kata yang bisa aku ucapin saat melihat hp-hp terbaru saat ini. Dari bentuknya saja sudah cukup bikin hati ini kebat-kebit rasanya gatal ingin memiliki, belum lagi kalau melihat fitur-fitur yang ditawarkan oleh hp-hp tersebut.

Meskipun aku bukan orang yang benar-benar 'hi-tech' (kalo kata pak Habibie versi republik mimpi ;p), tapi aku lumayan tau loch jenis-jenis hp baru. Salah satunya hp berlabel 'BB' yang lagi 'booming' sekarang yang 'konon' penjualan hp tersebut laku keras sejak presiden Obama menggunakannya. Gak tanggung banyak orang sanggup ngerogoh kocek hingga belasan juta rupiah untuk ngedapetin 'si cantik dan pintar' ini. Bukan hal aneh jika orang-orang yang membelinya memang butuh hp tersebut untuk mempermudah koneksi internet di manapun; bisa ngecek email, bersurfing ria bahkan buka situs-situs jejaring sosial yang ada. Selain itu, jenis hp ini juga bisa menduplikasi peran notebook. Yaah.. lumayan penting buat orang-orang yang super sibuk berkomunikasi dalam jam terbang yang tinggi.

Yang buat aku bingung, ada juga orang yg memakainya hanya untuk menutupi gengsi aja, dia sendiri cuma bisa menggunakan hp untuk menelepon dan sms. Gak sedikit juga yang rela ngutang atau gesek kartu kredit cuma untuk beli hp tersebut tapi fungsi hpnya sendiri mereka gak pergunakan sepenuhnya. Masih mending kalau tagihannya juga dibayar tepat waktu, repot jadinya..nahh!...kan repot jadinya?


Sebenarnya, persoalan hp itu mau bener-bener dipakai atau nggak, belinya ngutang atau nggak, it's really personal. Cuma saja, aku menyayangkan, hari gini banyak orang masih (ato tambah banyak ya) jadi korban yang namanya 'gengsi', pengen kliatah prestisius, hi-tech, gadget dan sebagainya tapi terlalu maksain. Apalagi dengan begitu, dia jadi nyusahin hidupnya sendiri, oh no no noo... (hope it won't happen to my self). Selain itu, kalau kita lihat di sekeliling kita, pasti ada aja orang lagi susah, bahkan ada yang mau makan aja dia harus korek-korek tempat sampah sebuah rumah makan supaya dia dapat sisa-sisa makanannya. Ada juga yang lagi sakit parah dan gak sanggup berobat karena alasan biaya. Apa kita mau menutup mata pada orang-orang serperti ini?? Naudzubillahi mindzaliiik...! Fenomena sosial apa ini di tengah maraknya situs jejaring sosial yang mempererat hubungan antar manusia??


Well, i'm not that good also and not an angel, bukan bela diri, tapi aku sendiri belum terbesit membeli hp dan sejenisnya dengan harga se'fantastis' itu. Satu alasan ya karna memang aku berekonomi pas-pasan :), dengan kocek ala kadarnya :P. Satu lagi, karna aku merasa blum semendesak itu untuk membelinya. Dengan hp sederhana yg aku punya saat ini aja sudah cukup buat aku berkomunikasi, bahkan juga bisa ber-online ria.


Lagi-lagi ini persoalan hati, apakah hp tersebut benar-benar jadi kebutuhan atu cuma jadi label diri. Kalau memang itu kebutuhan sangat super penting, ya sah-sah aja untuk dimiliki. Nah, kalau itu hanya untuk label,waduh..pikir-pikir dulu deh sebelum membeli...! Coba lihat tetangga kanan kiri, teman atau sahabat, famili dekat maupun jauh, bahkan orang lain yang gak dikenal yang sedang sangat butuh bantuan kita dari segi finansial, apakah ada???? If the answer is 'yes', so you must think over it or u'll be sorry....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi "Masawang-sawangan" dan "Matombol-tombolan" Keluarga Kawanua dan Khidmat Paskah dalam Masa Pandemi Covid-19

Ketika Sambal Roa dan Pecel Madiun Bertemu dalam Jamuan Sosial dan Kekinian

Pidato Jokowi dan Kiprah Indonesia di PBB