Sayangi mereka mumpung masih ada...!
Saat ku kecil hingga beranjak remaja, ada satu manusia yang selalu bikin aku pusing. Dia bukan kawanku, bukan pacar, bukan juga guru di sekolah, tapi dia papaku...
Jujur saja dulu aku benci sikap papa yang terlalu keras dan merasa selalu benar biarpun banyak keliru. Apalagi, pada masa itu aku merasa masih kecil dan tidak seimbang untuk melawan papa. Di benakku dulu selalu terucap "Ini gak adil. Tuhan gak sayang aku. Tuhan kasih aku papa yang gak baik.."Aku merasa seolah-olah papa ada untuk jadi musuhku. Meskipun banyak juga kebaikannya tapi itu tak kugubris. Yang teringat cuma menyebalkannya saja...
Tapi sesuatu mengetuk hatiku...membuka mataku...untuk melihat..."masya Allah" papa melakukan pengorbanan yang begitu besar buat kami. Bahkan aku pernah melihat papa menyembunyikan air mata dan berpura-pura senang di depan mama. Padahal saat itu, usahanya sedang gagal...
Ya Allah..Saat itu mulai tumbuh rasa sayang dan iba yang begitu besar terhadap papa, seseorang yang nampaknya kuat, tegar, keras kepala tapi suka bercanda yang ternyata di dalamnya bisa rapuh juga.
Pada diriku ku berkata, "mama saja yang cuma istrinya bisa begitu setia, sabar dan patuh, apalagi aku yang anaknya, darah dagingnya, orang yang dari lahir ia besarkan..!"
Yang aku tahu, mamaku lah yang sering sakit. Papa itu selalu sehat dan tampak bugar. Keluargaku pun lebih memperhatikan mama yang secara fisik lebih lemah. Tetapi, apa yang terjadi di penghujung tahun 2005 itu telah mengubah total hidup kami...Secara tiba-tiba, fisik papa ngedrop..! Kami masih menyangka bahwa papa cuma kelelahan bekerja...itu semua demi kami.
Begitu kami membawa papa ke rumah sakit, begitu kami mendengar apa yang dikatakan dokter atas hasil pemeriksaan ayahku, spontan lemas sekujur tubuhku...ingin rasanya aku menjatuhkan diri dan berlutut meminta Tuhan menarik penyakit ayahku.. Betapa tidak, ayahku divonis mengidap leukimia stadium 4..!Kami pun mulai melalui hari-hari merawat papa, berusaha dan selalu berdoa supaya ada keajaiban yang bisa menyembuhkannya.
Mama yang sebelumnya sering sakit, entah kenapa fisiknya jadi begitu kuat saat ia merawat papa. Mungkin cinta yang jadi energi mama untuk 24 jam menjaga dan merawat papa. Saat itu, aku sudah bekerja di jakarta jadi aku gak bisa menunggu papa setiap hari di Bandung.Aku menyesali di saat-saat akhir hidup papa, aku malah harus tinggal berjauhan dengannya. Aku pun tidak bisa sepenuhnya menemani mama mengurus papa.
Akhirnya.....Jumat, 31 Maret 2006...pukul 14.00 di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung..
Persis di hadapanku, adik-adik, mama dan sanak saudaraku..
Di usianya yang ke 49...
Papa dipanggil yang Maha Kuasa...
Innalillahi wa innailaihi raaji'uun.....
....
.....
Bertahun berlalu, sekarang hanya mamalah orang tua yang kupunya..Karena ikut suami, aku pun sekarang tinggal jauh dari mama.Meskipun begitu, di saat ini lah komunikasi batin kami makin kuat. Kami makin dekat meski sering berjauhan.
Prioritas hidupku saat ini hanya membahagiakan mama. Aku gak mau lagi menyesal karena kehilangan saat-saat berharga dengan orang tuaku dan membuang waktu dengan menjadi anak yang tidak penurut.Langkahku yang dulu sudah jauh ku tinggal...
Pa, air mataku memang sudah kering untuk menangisimu..
Tapi bibir ini gak akan pernah kering membacakan doa untuk mu..
In each of my pray... you'll always be there...
Ma, aku gak mau lagi bikin mama sakit hati apalagi menangis..
Aku gak mau lagi dan gak mau lagi melawan perintahmu..
Aku gak mau nanti mati sebagai anak durhaka..
Aku mencintai kalian, mama & papaku...
***
Cerita ini kubagi bukan untuk mencari perhatian.
Cerita ini kubagi bukan juga untuk mencari simpati.
Cerita ini adalah bentuk empatiku buat kawan-kawan, terutama yang masih memiliki orang tua, baik yang masih lengkap maupun tidak...
Cuma satu pesanku:
"Lepas dari orang tuamu sempurna atau tidak, sayangi mereka mumpung masih ada...!"
The last smile taken by camera, in the last moments of papa with mama... Bandung, December 2005, 5 days before papa went dropped and brought to the hospital...
Jujur saja dulu aku benci sikap papa yang terlalu keras dan merasa selalu benar biarpun banyak keliru. Apalagi, pada masa itu aku merasa masih kecil dan tidak seimbang untuk melawan papa. Di benakku dulu selalu terucap "Ini gak adil. Tuhan gak sayang aku. Tuhan kasih aku papa yang gak baik.."Aku merasa seolah-olah papa ada untuk jadi musuhku. Meskipun banyak juga kebaikannya tapi itu tak kugubris. Yang teringat cuma menyebalkannya saja...
Tapi sesuatu mengetuk hatiku...membuka mataku...untuk melihat..."masya Allah" papa melakukan pengorbanan yang begitu besar buat kami. Bahkan aku pernah melihat papa menyembunyikan air mata dan berpura-pura senang di depan mama. Padahal saat itu, usahanya sedang gagal...
Ya Allah..Saat itu mulai tumbuh rasa sayang dan iba yang begitu besar terhadap papa, seseorang yang nampaknya kuat, tegar, keras kepala tapi suka bercanda yang ternyata di dalamnya bisa rapuh juga.
Pada diriku ku berkata, "mama saja yang cuma istrinya bisa begitu setia, sabar dan patuh, apalagi aku yang anaknya, darah dagingnya, orang yang dari lahir ia besarkan..!"
Yang aku tahu, mamaku lah yang sering sakit. Papa itu selalu sehat dan tampak bugar. Keluargaku pun lebih memperhatikan mama yang secara fisik lebih lemah. Tetapi, apa yang terjadi di penghujung tahun 2005 itu telah mengubah total hidup kami...Secara tiba-tiba, fisik papa ngedrop..! Kami masih menyangka bahwa papa cuma kelelahan bekerja...itu semua demi kami.
Begitu kami membawa papa ke rumah sakit, begitu kami mendengar apa yang dikatakan dokter atas hasil pemeriksaan ayahku, spontan lemas sekujur tubuhku...ingin rasanya aku menjatuhkan diri dan berlutut meminta Tuhan menarik penyakit ayahku.. Betapa tidak, ayahku divonis mengidap leukimia stadium 4..!Kami pun mulai melalui hari-hari merawat papa, berusaha dan selalu berdoa supaya ada keajaiban yang bisa menyembuhkannya.
Mama yang sebelumnya sering sakit, entah kenapa fisiknya jadi begitu kuat saat ia merawat papa. Mungkin cinta yang jadi energi mama untuk 24 jam menjaga dan merawat papa. Saat itu, aku sudah bekerja di jakarta jadi aku gak bisa menunggu papa setiap hari di Bandung.Aku menyesali di saat-saat akhir hidup papa, aku malah harus tinggal berjauhan dengannya. Aku pun tidak bisa sepenuhnya menemani mama mengurus papa.
Akhirnya.....Jumat, 31 Maret 2006...pukul 14.00 di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung..
Persis di hadapanku, adik-adik, mama dan sanak saudaraku..
Di usianya yang ke 49...
Papa dipanggil yang Maha Kuasa...
Innalillahi wa innailaihi raaji'uun.....
....
.....
Bertahun berlalu, sekarang hanya mamalah orang tua yang kupunya..Karena ikut suami, aku pun sekarang tinggal jauh dari mama.Meskipun begitu, di saat ini lah komunikasi batin kami makin kuat. Kami makin dekat meski sering berjauhan.
Prioritas hidupku saat ini hanya membahagiakan mama. Aku gak mau lagi menyesal karena kehilangan saat-saat berharga dengan orang tuaku dan membuang waktu dengan menjadi anak yang tidak penurut.Langkahku yang dulu sudah jauh ku tinggal...
Pa, air mataku memang sudah kering untuk menangisimu..
Tapi bibir ini gak akan pernah kering membacakan doa untuk mu..
In each of my pray... you'll always be there...
Ma, aku gak mau lagi bikin mama sakit hati apalagi menangis..
Aku gak mau lagi dan gak mau lagi melawan perintahmu..
Aku gak mau nanti mati sebagai anak durhaka..
Aku mencintai kalian, mama & papaku...
***
Cerita ini kubagi bukan untuk mencari perhatian.
Cerita ini kubagi bukan juga untuk mencari simpati.
Cerita ini adalah bentuk empatiku buat kawan-kawan, terutama yang masih memiliki orang tua, baik yang masih lengkap maupun tidak...
Cuma satu pesanku:
"Lepas dari orang tuamu sempurna atau tidak, sayangi mereka mumpung masih ada...!"
The last smile taken by camera, in the last moments of papa with mama... Bandung, December 2005, 5 days before papa went dropped and brought to the hospital...
Komentar
Posting Komentar