Uneg-uneg untuk Calon Pemimpin

Melihat kegiatan kampanye para capres&cawapres wara-wiri di berbagai media, saya punya beberapa pertanyaan yang tiba-tiba terbesit dalam pikiran. Apakah slogan dan janji-janji yang mereka sampaikan tulus datang dari hati dan apakah ide-ide inovatif yang mereka lontarkan murni dari pemikiran mereka sendiri? apakah idealisme yang mereka sebutkan sudah benar-benar mereka terapkan dalam kehidupan nyata? sederet pertanyaan lainnya pun muncul hingga pada satu ujung pangkal, apakah mereka orang yang tepat buat memimpin kita???

Bicara soal janji-janji, mengungkapkan janji itu memang mudah apalagi dalam posisi terjepit tak ada pilihan lain kecuali harus berjanji dulu. Realita ini tak ubahnya seperti anak kecil yang merengek minta es krim kepada ibunya...lalu sebagai syarat, sang ibu meminta anaknya untuk berjanji kalau sudah dibelikan eskrim nantinya dia mau rajin belajar. Tapi pada kenyataan, sesudah dibelikan eskrim, hanya dua hari sang anak mau menuruti permintaan ibunya tersebut, kemudian kebandelan-kebandelan sang anak kembali seperti semula. Dengan kedewasaan para capres dan cawapres tentu saja kondisi yang menyerupai ini kecil kemungkinan terjadi. Cuma, apakah mereka memang sudah sedewasa itu? Jika ya, mengapa masih ada saling menjelekkan di antara mereka, mencari-cari kesalahan lawan politiknya dan memanfaatkan segala situasi untuk mengharumkan nama mereka sendiri tak peduli isu yang dilemparkan itu benar atau tidak?

Mungkin para kandidat mencontoh dari gaya kampanye di negeri paman sam yang sudah menjadi gaya mereka untuk secara blak-blakan mencela kekurangan lawan politiknya. Tapi apa mereka mengaca bagaimana kondisi negara kita ini dan menilai apa bisa disamakan dengan Amerika? Meskipun mereka melawan saingan politiknya dengan keras dan tajam, tetapi visi misi yang mereka sampaikan pun jelas dan tajam, bukan wacana yang terlalu general dan sering membingungkan untuk dicerna rakyat. Yang mereka kejar ini tak lebih hanya rasa simpati yang semu dari masyarakat. Mungkin masyarakat yang awam (baca: pendidikan rendah dan kurang berwawasan) tidak merasakan satupun kejanggalan ini. Mereka tertipu dengan tulisan-tulisan, visual maupun audio yang mereka cerna. Atau bahkan, mereka tidak bisa mencernanya sama sekali? Jadi sikap mendukung yang ditunjukkan selama ini apa? Datangnya dari mana??

Meskipun banyak kejanggalan maupun kekurangan yang kita rasakan tetapi masih ada kesempatan untuk mengembalikannya ke kondisi yang wajar. Masih ada waktu menjelang pesta demokrasi akbar tersebut. Lebih dari 16 hari menjelang hari 'H' semoga masih terbuka pikiran bapak-bapak serta ibu yang tak lama lagi menampuk kepemimpinan di negara kita itu agar berusaha menjadi yang diinginkan rakyat, menjadikan rakyat sebagai sahabat yang bisa berkomunikasi dua pihak secara baik. Semoga persaingan mereka diniatkan untuk kebaikan rakyat bukan untuk egoisme, iri dengki, dan ambisi mereka semata. Amin. Semoga saja..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Sambal Roa dan Pecel Madiun Bertemu dalam Jamuan Sosial dan Kekinian

Pengalaman Room Tour di Rooms Inc untuk Rekomendasi Hotel di Semarang

Pidato Jokowi dan Kiprah Indonesia di PBB