Meluruskan Anggapan Keliru mengenai Skoliosis, Belajar dari Healthy Talk di Rumah Sakit Premier Bintaro

 






Istilah skoliosis sudah familiar bagi saya sejak saya di bangku SMP. Saya ingat pernah ada seorang teman yang mengalaminya. Saya tahu itu dari posisi tubuh teman saya ketika berjalan ataupun sedang duduk. 

Banyak mitos yang mempengaruhi teman saya itu. Dia dianggap terlalu banyak mengangkat beban bahkan tas sekolah yang berisi banyak buku pun dianggap jadi penyebab. Karena itu teman saya itu memang terlihat lebih loyo daripada yang lain. Dia takut beraktifitas normal. Hal-hal yang dianggap membebani kerja tubuhnya dia hindari. Kegiatan olahraga, ekstrakurikuler lain hingga kegiatan kumpul sahabat dia nyaris tak pernah ikut serta. Sayang sekali masa remajanya jadi monoton seperti itu.

Sampai hari ini mitos seputar skoliosis itu masih ada di masyarakat. Padahal, ini sangat merugikan penderitanya. Perlakuan untuk  mereka jadi tidak tepat. Bukan sekedar salah tindakan dalam penyembuhan ataupun pencegahan resiko lebih besar, mitos ini juga jadi membatasi ruang gerak hingga membuat si penderita depresi karenanya.

 



Apa definisi dan penyebab skoliosis?

Pada tanggal 9 Juni 2022 lalu saya hadir dalam sebuah diskusi sehat dengan blogger dan vlogger bersama narasumber dokter bedah ortopedik, dr. Asrafi Rizki Gatam, SpOT-Spine di Rumah Sakit Premier Bintaro. Bersyukur sekali, dari diskusi itu saya dapat banyak informasi mengenai skoliosis. Menurut dokter Asrafi, skoliosis itu sendiri artinya kelainan tulang belakang dengan keadaan mirinya tulang ke belakang ke arah samping dan disertai adanya rotasi pada tulang belakang. Jadi, untuk menindaklanjuti keadaan skoliosis itu sangat penting buat seseorang paham apa sebenarnya skoliosis.

Beberapa hal diketahui sebagai penyebab skoliosis seperti adanya gangguan fungsi saraf dan kelainan otot (neuromuscular), kelainan bawaan (congenital), ada bagian tulang belakang yang tidak terbentuk sempurna hingga penyebab yang tidak bisa diketahui (idiopatik).

Menurut dokter Asrafi, skoliosis paling sering terjadi pada perempuan di usia remaja. Karena itu, anak perempuan yang sudah menstruasi atau memasuki masa pubertas sangat dianjurkan untuk mengecek kondisi tulang punggungnya apakah cenderung skoliosis.

 

Beberapa Mitos Mengenai Skoliosis

Di masyarakat kita, banyak hal dikaitkan dengan mitos yang beredar termasuk skoliosis. Seingat saya, dulu mitos ini bahkan sempat masuk dalam pelajaran biologi di sekolah. Disebutkan di buku pelajaran itu katanya skoliosis dapat dicegah dan penyebab skoliosis itu karena kesalahan postur duduk.

Mitos yang ada itu mengatakan bahwa skoliosis disebabkan karena seseorang sering mengangkat beban yang berat, menerapkan posisi duduk, tidur atau berdiri yang salah. Ada juga yang mengatakan kalau skoliosis itu bisa dicegah, ya dengan postur tubuh yang baik itu tadi. Beberapa menyebutkan skoliosis itu menyebabkan nyeri dan bisa dikurangi dengan berenang atau fisioterapi. Ada juga upaya manipulasi tulang belakang untuk mengurangi sudut skoliosis seperti dengan teknik urut tulang belakang atau terapi chiropractic. Ini punya resiko yang sangat besar hingga kematian, loh. Dan, mitos yang cukup menakutkan bagi perempuan yaitu mitos bahwa perempuan dengan skolioasis tidak bisa hamil. Itu semua salah kaprah!

 



Bagaimana gejala dan cara memeriksakan skoliosis?

Keadaan skoliosis bisa diketahui secara dini dengan pemeriksaan punggung secara ederhana. Cukup di rumah saja, seseorang bisa diketahui apakah menderita skoliosis atau tidak. Memeriksakan kondisi punggung ini tak bisa dilakukan sendirian, perlu ada orang lain yang melihat kondisi punggung seseorang.

Gejala skoliosis itu bisa dengan mudah terlihat meskipun ada kasus skoliosis yang awalnya tidak menunjukkan gejala apapun. Di antara gejala atau tanda seseorang memiliki skoliosis yaitu bahu yang tidak simetris dan memiliki punuk di punggungnya. Bagi perempuan tanda skoliosis bisa terlihat dari ukuran payudara yang besar sebelah. Selain itu, gejala skoliosis yang tak disadari yaitu seringnya seseorang merasa pegal pada punggung atau pinggang. Beberapa kasus skoliosis sekilas tidak nampak tapi pada momen tertentu kelaina itu tak sengaja terlihat oleh orang lain.

Setiap orang sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin kondisi tulang punggungnya terutama perempuan dan laki-laki yang memasuki usia 10 tahun ke atas. Lebih cepat skoliosis diketahui maka pencegahan penambahan kurva atau sudut skoliosis akan lebih mudah.

Pemeriksaan sederhana di rumah yaitu dengan melihat postur tulang seseorang saat berdiri tegak apakah bahu kanan dan kiri, tonjolan scapula kanan dan kiri, panggul kanan dan kiri serta lipat pinggang kanan dan kiri sama tinggi. Perlu juga diperiksa apakah jarak siku kanan dan kiri ke batang tubuh sama.

Pemeriksaan juga bisa dilakukan saat seseorang dalam posisi  bungkuk. Yang diperhatikan yaitu apakah tonjolan punggung atas kanan dan kiri sama.

Jika terlihat kelainan atau gejala skoliosis, pemeriksaan Tapis perlu dilakukan. Di antara pemeriksaan Tapis di rumah sakit yaitu pemeriksaan fisik, pengukuran dengan scoliometer, moire topography, humpometer, plumb line test. Akurasi pemeriksaan Tapis ini cukup tinggi yaitu mencapai 93.8% (sensitivitas) dan 99,2% (spesifisitas).

 

Tindakan medis apa yang dilakukan pada orang dengan skoliosis?

Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, dokter akan menindaklanjuti skoliosis dengan pengobatan Skoliosis 3”O” yaitu Observasi, Orthosis (brace) dan Operasi. Observasi itu pemantauan saja yang dilakukan pada penderita skoliosis dengan kurva skoliosis kurang dari 30 derajat. Orthosis atau brace adalah penggunaan alat penyangga di tulang punggung yang memiliki kurva 20-40 derajat agar tidak terjadi perburukan kelengkungan tulang belakang. Tindakan akhir untuk penyembuhan atau pengurangan resiko skoliosis yaitu operasi. Tindakan ini diutamakan untuk penderita skoliosis dengan kelengkungan lebih dari 40 derajat. Operasi dilakukan untuk memperbaiki posisi tulang punggung meskipun jika derajat kelengkungan sudah besar tulang punggung tidak bisa seratus persen normal.

 





Di Rumah Sakit Premier Bintaro sendiri ada Spine Center atau pusat layanan untuk mengatasi seluruh problem tulang belakang. Sebelum saya mengikuti diskusi sehat itu, saya dan teman-teman blogger serta vlogger sempat berkeliling melihat fasilitas Spine Center dan fasilitas unggulan lainnya di rumah sakit ini. Selain menangani skoliosis, Spine Center dengan fasilitas lengkap dan nyaman ini juga melayani keluhan trauma dan nyeri pada tulang belakang serta gangguan saraf yang disebabkan kelainan di tulang belakang.

 




Selain Spine Center, Rumah Sakit yang menjadi bagian dari Ramsay Sime Darby Health Care group ini juga memiliki fasilitas unggulan lain seperti Hand Clinic, Sports Clinic, Vascular Center, Sleep Clinic, Artoplasti dan Ortopedic Cente. Dua fasilitas unggulan terbaru di Rumah Sakit Premier Bintaro juga telah hadir yaitu Stroke Center dan Laser and Skin Clinic. Rumah Sakit Premier Bintaro juga sudah menggunakan teknologi robot. Salah satu robot yang dipakai yaitu si robot pintar Darby yang bisa membantu memberikan petunjuk kepada pengunjung. 









Bahkan, untuk menunjang pemeriksaan, Rumah Sakit Premier Bintaro sudah punya alat pemeriksaan MRI canggih yaitu MRI 3 Tesla yang daya jangkau pemeriksaannya lebih besar pada bagian organ tubuh yang sulit. MRI 3 Tesla ini punya daya magnetic yang sangat kuat. Yang lebih hebatnya lagi, mesin MRI 3 Tesla yang tersedia di rumah sakit ini juga dilengkapi oleh alat koil tangan dan tubuh yang belum ada di rumah sakit lain di Indonesia. Ini membantu proses pemeriksaan lebih teliti bahkan si pasien tak perlu terlentang saat pemeriksaan jika keadaannya tidak memungkinkan.

Begitulah informasi bermanfaat yang saya dapatkan dari diskusi sehat di Rumah Sakit Premier Bintaro. Semoga informasi mengenai skoliosis ini sampai kepada mereka yang menderita skoliosis. Jangan lagi ada mitos yang menyebabkan salah kaprah penyikapan terhadap penderita skoliosis. Semoga kita semua tetap diberikan kesehatan dan penderita sakit apapun diberikan kesembuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Sambal Roa dan Pecel Madiun Bertemu dalam Jamuan Sosial dan Kekinian

Tradisi "Masawang-sawangan" dan "Matombol-tombolan" Keluarga Kawanua dan Khidmat Paskah dalam Masa Pandemi Covid-19

Pengalaman Room Tour di Rooms Inc untuk Rekomendasi Hotel di Semarang