Menyaksikan Pekan Kebudayaan Nasioal Secara Daring: Ketika Seni dan Teknologi Bertemu

 

Sumber: wikipedia.org

Sumber: detik.com


Banyak tradisi yang berubah selama masa Pandemi Covid-19 dari Work From Home bagi pekerja, sistem belajar daring bagi siswa, seminar online, tur virtual hingga aneka pertunjukan yang digelar secara daring. 

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2020 adalah salah satu kegiatan yang gelarannya terdampak oleh Pandemi Covid-19. Kegiatan yang diadakan selama satu bulan (31 Oktober - 30 November 2020) oleh Kemendikbud ini digelar secara daring di stasiun TVRI.

Kegiatan yang menjadi resolusi dari Kongres Kebudayaan Indonesia tahun 2018 lalu ini kini dibagi dalam 4 segmen kegiatan yaitu Pameran, Pagelaran, Konferensi, Kompetisi, Lokakarya dan Sahabat Budaya. 

Saya kagum dengan perkembangan keikutsertaan negara Mexico dan Filipina dalam segmen pagelaran di PKN 2020 ini. Meksiko menampilkan karya foto bertema “Wajah Tanah Airku” dan Filipina yang menampilkan tari-tarian tradisional dan memperkenalkan sekolah tradisi tingkat lanjut bisa jadi wahana studi banding bagaimana setiap negara punya cara dalam memperkenalkan dan melestarikan budayanya.

Ini adalah PKN yang kedua setelah PKN pertama diadakan di tahun 2019 lalu. Tahun ini gelaran PKN diadakan dengan durasi lebih lama yaitu 31 hari ketimbang PKN di tahun sebelumnya yang berlangsung 5 hari (7-11 Oktober 2019. Segmentasi acara PKN di tahun 2020 juga lebih variatif. Walaupun masyarakat bisa menikmatinya secara daring tapi atmosfir gelaran budayanya sangat terasa. Banyak sesi interaktif yang diciptakan dalan segmen-segmen acaranya. 

Karena keguatan ini berlangsung di masa pandemi Covid-19, booth pameran dibagi ke dalam 4 tema yang salah satunya adalah tema Ketahanan Tubuh. Tiga tema pameran lainnya yaitu Nusa Rempah, Warisan Dunian dan Pameran Kebudayaan Daerah (PKD).

PKN ini sebenarnya gelaran nasional yang diadakan di pusat dan di tiap kabupaten serta provinsi yang punya 5 agenda yaitu kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi kebudayaan dan pagelaran karya budaya bangsa. Dan kebetulan karena kegiatan berlangsung di masa Pandemi, semua agenda itu bisa ditonton secara langsung lewat channel Youtube.

Yang seru buat saya adalah menyaksikan pagelaran seni secara virtual. Ini konsep yang mengawinkan tradisi budaya dan teknologi. Sebagai pecinta musik, saya paling suka saat Jogja Hiphop Foundation beraksi untuk event PKN kali jni. Tak cuma itu, saya suka melihat pagelaran theater, musik dan tarian daerah yang saya bahkan belum pernah tahu sebelumnya.

PKN 2020 buat saya adalah paket komplit dari ekspresi rasa syukur kita atas anugerah banyaknya ragam budaya bangsa kita dan upaya kepedulian pada masyarakat dalam kondisi Pandemi Covid-19.

Meskipun saya hanya menikmati PKN dari rumah melalui ponsel saya, saya merasakan nilai-nilai edukasi yang hendak disampaikan bisa saya dapatkan. Bahkan, saya bisa mengajak anak-anak saya di rumah untuk menyaksikan pagelaran budaya dengan dampingan saya.

Semoga beberapa inovasi penyajian kegiatan PKN yang memudahkan masyarakat menyaksikan PKN ini bisa dipertahankan meskipun kelak masa pandemi Covid-19 ini berakhir. 








PKN merupakan perhelatan budaya terbesar yang dimiliki Indonesia. Acara ini penting diselenggarakan agar keanekaragaman budaya saling berinteraksi yang melibatkan semua golongan, dari desa hingga ibukota, dan untuk menjaga semangat inklusif dan kebhinekaan. Suksesnya PKN tahun lalu mendorong diadakannya kembali PKN tahun ini, meskipun dunia dan Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19.

Pandemi bukanlah penghalang. Justru pandemi memunculkan gaya baru penyelenggaraan PKN 2020 yang memadukan kebudayaan dengan teknologi. Pada Taklimat Media Peluncuran PKN 2020, Jumat, 23 Oktober lalu, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, “Justru di tengah kesulitan pandemi ini, kemudahan itu harus hadir. Bendera kebudayaan di tengah pandemi harus berkibar.”

Karena diadakan secara daring, mau tak mau pihak penyelenggara dan para pelaku budaya, seniman dituntut semakin kreatif. Mereka pun memadukan kebudayaan dengan teknologi.

Salah satunya ialah, PKN 2020 akan menampilkan karya-karya maestro pelukis Indonesia Affandi di Galeri Nasional dalam bentuk proyeksi gambar bergerak (video mapping projection) dengan iringan musik dan suara.

Selain itu mereka juga akan menampilkan sosok Pangeran Diponegoro dalam bentuk kekinian di Museum Nasional. Konsep yang digunakan adalah story telling yang dilengkapi dengan video mapping dan komik manga Jepang. Kedua perhelatan tersebut selain bisa disaksikan secara daring, juga diselenggarakan secara luring dengan protokol kesehatan yang ketat.

Selain itu mereka juga akan menampilkan sosok Pangeran Diponegoro dalam bentuk kekinian di Museum Nasional. Konsep yang digunakan adalah story telling yang dilengkapi dengan video mapping dan komik manga Jepang. Kedua perhelatan tersebut selain bisa disaksikan secara daring, juga diselenggarakan secara luring dengan protokol kesehatan yang akan memanfaatkan teknologi.

Tak kalah menarik, pelaksanaan kompetisi seperti perlombaan permainan rakyat atau tradisional yang dilakukan anak-anak dan remaja, yang biasanya dilakukan secara bersama-sama, berkumpul di suatu tempat, dalam PKN 2020 diselenggarakan di wilayah masing-masing.

Mereka melakukan perlombaan Egrang, Bolak-Balik Balok, Bakiak Kreasi, Congklak Virtual, Papancakan Tertinggi, dan Satu Menit Permainan Tradisional secara daring. Mereka melakukan di tempat terpisah dalam satu waktu yang terhubung secara virtual. Tak hanya itu, mereka bahkan bisa memperkenalkan ikon budaya setempat karena mengambil lokasi di perkarangan candi, depan danau, air terjun, area hijau, dan lain sebagainya untuk memperkenalkan kekhasan daerah mereka.

Zaini Alif, selaku kurator kompetisi permainan rakyat berharap, ini bisa menjadi obat bagi semua dan menjadikan anak-anak Indonesia menjadi lebih sehat karena rasa stres mereka akibat pandemi bisa tersalurkan melalui kompetisi dan permainan.

Selain itu, PKN 2020 ini juga melibatkan sekitar 4.790 seniman dan pelaku budaya. Di antaranya adalah Didik Nini Thowok, Denny Malik, Eko Supriyanto, musisi Ebiet G Ade, dan Rhoma Irama.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi "Masawang-sawangan" dan "Matombol-tombolan" Keluarga Kawanua dan Khidmat Paskah dalam Masa Pandemi Covid-19

Ketika Sambal Roa dan Pecel Madiun Bertemu dalam Jamuan Sosial dan Kekinian

Pidato Jokowi dan Kiprah Indonesia di PBB