Membangun Asa di Pulau Tercinta


Sekitar 13 km dari kota Manado, tepatnya di wilayah taman laut nasional Bunaken, Sulawesi Utara, bersemayam sebuah pulau yang subur berpagarkan hutan mangrovenya. Pulau ini memang terletak di wilayah pariwisata kesohor di negeri ini dan ditetapkan menjadi lokasi wisata karena taman dasar lautnya. Betapa tidak, ekosistem terumbu karang pulau Mantehage merupakan salah satu potensi laut istimewa yang dimiliki pulau ini. Tetapi, kondisi demikian tidak menjamin pulau yang dihuni lebih dari 2.000 jiwa yang terbagi di 4 desa ini memiliki infrastruktur yang berkecukupan. Listrik yang merupakan satu kebutuhan mendasar untuk kehidupan warga pun tidak bisa dinikmati 24 jam. Warga di pulau ini harus puas dengan menikmati penggunaan listrik selama 7 jam perharinya. 

Keterbatasan pasokan listrik membuat warga haus akan hiburan dan menghabiskan waktu malam untuk menghibur diri dengan musik-musik yang diputar pada perangkat pengeras suara. Di tengah keterbatasan yang ada, warga mendirikan sebuah radio komunitas (rakom) yang dinamakan sesuai nafas semangat warganya yaitu Gelora Mantehage. Radio yang terletak di desa Tinongko ini berdiri sejak Juli 2012 lalu dan mengudara pada malam hari, 5-6 jam perhari. “Kami bersiaran semampunya, cuma 2-3 jam yang efektif setiap harinya. Sebenarnya kami ingin bisa bersiaran dari sore hari dan menyapa pendengar pada pagi hari tapi karena keterbatasan listrik, kami memanfaatkan waktu malam saja meskipun kami tau malam itu sebaiknya jadi jam belajar untuk para siswa,” ucap Yudika, salah seorang pengurus rakom. 

Di tengah keragaman suku yang mendiami pulau ini yaitu di antaranya Sangir, Minahasa, Gorontalo, Bajo dan Jawa, rakom Gelora Mantehage berperan sebagai perekat keharmonisan masyarakatnya. Volla Harindah, seorang anggota Dewan Penyiaran Komunitas dari rakom ini yang juga penggerak warga dalam pelestarian mangrove di kawasan ini meminjamkan salah satu ruangan di rumahnya untuk dijadikan studio siaran rakom. Meskipun begitu, saat ini warga desa pulau Mantehage sedang bergotong-royong untuk pembangunan studio baru mereka yang memiliki bangunan sendiri.
Sungguh mengagumkan semangat yang dimiliki para relawan penyiar di rakom ini. Meski sering terkendala cuaca buruk yang mengancam kerusakan peralatan siaran, seperti yang terjadi belum lama ini yaitu angin kencang yang mematahkan tiang antena radio, relawan penyiar tetap berkontribusi tenaga dan pikiran untuk kelanjutan rakomnya. 

Di tengah marginalisasi pembangunan wilayah terpencil yang marak terjadi, para jurnalis rakom Gelora Mantehage tetap menyuarakan isu-isu penting bagi mereka. Keterbatasan infrastruktur di pulau ini, seperti sekolah yang hanya ada hingga jenjang SMP, dermaga untuk pulau yang memadai dan lainnya menjadi informasi utama yang terus mereka suarakan lewat seperangkat alat siar itu. Beberapa akses pembangunan infrastruktur pulau tersendat yang dinyatakan oleh seorang pengurus kelompok Generasi Sehat Cerdas, Ledia Manede bahwa pulau Mantehage gagal menerima dana program PNPM 2013 untuk kelompok Generasi Sehat Cerdas yang ditujukan untuk juga membangun infrastruktur sekolah. “Padahal kami sudah membuat proposalnya dengan baik, kami sudah bersemangat tetapi kami kalah dalam hal kedekatan emosional dengan para pejabat penentu kebijakan,” tukasnya.
Penduduk pulau Mantehage yang sebagian besar nelayan dan rata-rata hanya tamatan Sekolah Dasar membuat lambatnya inovasi teknologi di pulau ini. Rendahnya pendidikan mereka juga berpengaruh pada kapasitas mereka menanggapi kebijakan-kebijakan pemerintah setempat untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan itu. 

Volla Harindah selaku pengurus rakom dan penggerak warga telah memberikan teladan yang baik sebagai penggerak pelestarian tanaman bakau dengan mengajak warga menanam pohon-pohon bakau di sekeliling pulau untuk mencegah abrasi. Usaha yang dilakukannya bahkan sempat dianugerahi penghargaan oleh presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya, ia ingin warga melakukan inovasi pembangunan lainnya dan memanfaatkan radio komunitas sebagai jembatan komunikasi warga untuk memajukan pulau ini. “Semoga ke depannya rakom ini semakin eksis, masyarakat bisa menuangkan dan memberikan aspirasi, rakom bisa menjadi sumber informasi dan program-program yang ada seperti PNPM bisa dipantau secara terbuka,” ujarnya menyemangati. Layaknya rumah-rumah permanen yang dibangun di pulau ini, sedikit demi sedikit batu bata dan bahan lainnya diperoleh dari daratan Manado, secara bertahap disusun hingga menjadi sebuah bangunan yang kokoh, rakom Gelora Mantehage mencoba membangun asa masyarakat Mantehage menjadi sebuah kesejahteraan yang kokoh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi "Masawang-sawangan" dan "Matombol-tombolan" Keluarga Kawanua dan Khidmat Paskah dalam Masa Pandemi Covid-19

Ketika Sambal Roa dan Pecel Madiun Bertemu dalam Jamuan Sosial dan Kekinian

Pidato Jokowi dan Kiprah Indonesia di PBB