Belajar dari si Mbah...
Matahari belum juga muncul, sayup terdengar di kanan kiri rumahku ada ibu-ibu yang sudah mulai menyapu halaman. Hari masih setengah gelap dan sesosok manusia sudah memanggul bakul berisi bungkusan-bungkusan mie goreng dan pecel sayuran yang siap untuk dijual. Berpakaian sederhana yang setengah lusuh, mengenakan kain lilit setinggi betis dia berjalan tanpa alas kaki. Hari-hari aku memanggilnya si Mbah. Ya.. aku tak tahu persisnya namanya. Ada yang memanggilnya mbah Minah, mbah Nah, Mboke yuk Widi dan sebagainya.. Ya pokoknya si Mbah lah..! Dia tinggal di seberang rumahku. Baru setahun aku tinggal di lingkungan ini dan si Mbah adalah orang yang konsisten pekerja keras dari awal kukenal. Dia tinggal di dua rumah sangat sederhana yang berdampingan yang berisi anak-anak dan cucu-cucunya. Dia menjajakan mie dan pecel dengan berjalan kaki. Entah sampai mana ia sanggup berjalan. Yang jelas, di siang hari biasanya ia sudah kembali ke rumah, menukar bakul gendongnya dengan a...